.


perhatikan anak kita

Kebangkitan Indonesia
"Bangkitlah ABK"

Teks: Rovanita Rama Bagawan

Pembicarakan ABK, seperti juga membicarakan hidup. Tidak pernah mengenal kata akhir, dan usaha terus diperjuangkan tanpa mengenal lelah. Semua pihak turut berusaha, baik itu orangtua, anak itu sendiri, kaum profesional, masyarakat dan juga pemerintah. Tetapi, tergelitik juga pertanyaan. usaha seperti apakah yang sudah ditempuh selama ini?

Jawaban dari pertanyaan itu, tentu


akan berbeda tergantung dari sisi mana pihak yang menjawabnya berada. Jika yang ditanya orangtua, maka jawabannya hampir dipastikan sama. Yaitu, “apa pun akan dilakukan asalkan anak saya sembuh”. Jika yang ditanya ABK itu sendiri, ada yang bisa menjawab dan ada yang tidak menjawab sama sekali.

Sementara jika yang ditanya kaum profesional, mereka akan menjawab, ”kami akan terus



berusaha semampu kami berdasarkan sepengetahuan yang kami miliki demi membantu ABK”. Lalu, jika yang ditanya masyarakat, mereka akan menjawab, ”sebenarnya kami ingin sekali membantu, tapi bagaimana caranya?”. Dan bila yang ditanya pemerintah, maka akan meluncur jawaban, ”sebenarnya program-program kerja untuk membantu ABK sudah kami susun dalam jumlah banyak, tapi banyak sekali kendalanya di lapangan”.

Inti dari semua jawaban itu sebenarnya adalah bahwa setiap orang yang terlibat dalam dunia ABK mempunyai niat yang sama. Sayangnya, niat itu belum menjadi kenyataan. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya ABK yang tidak ditangani sesuai dengan keterbatasan yang dimilikinya, masih banyaknya ABK yang mendapat perlakuan tidak semestinya, masih banyaknya ABK yang tidak berada pada tempatnya dan masih banyak kisah-kisah menyedihkan lain yang dialami ABK. Sekalipun kita tidak menutup mata bahwa ada beberapa gelintir ABK yang beruntung yang masih bisa mendapatkan hak-haknya dengan baik dan bahkan berprestasi.

Dari semua jawaban di atas, kita akan coba membahasnya. Pertama, apa yang dikatakan orangtua ABK. Sebagai orangtua spesial yang dikarunia anak yang spesial pula, banyak hal yang terjadi pada hidup si orangtua. mulai dari bersyukur, menolak, bersedih, berupaya, marah, gembira dan perasaan-perasaan yang lainnya. namun, orangtua adalah tetap orangtua, yang tidak pernah akan tergantikan tugas dan tanggung jawabnya kepada anaknya.

Kedua, ABK. Alangkah beragamnya jawaban yang akan kita terima jika kita bertanya kepada mereka langsung. Jawaban yang bisa membuat airmata menetes, bibir mengembang dan bahkan bisa membuat perubahan dalam hidup orang yang bertanya. Ketiga, bagaimana pula pernyataan yang dibuat oleh kaum profesional bila dilihat dari latar belakang mengapa seseorang menekuni dunia ABK secara profesional. Maka akan beragam pula jawabannya. Ada yang disebabkan pengalaman pribadi karena mempunyai keluarga yang spesial, ada yang murni karena ketertarikan pada dunia ini, ada pula yang memang kebetulan saja, lalu nasib membawanya ke dunia ABK, dan lainlainnya. Tentu saja, kita sangat mengharapkan hasil jerih payah profesional ini akan mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik pada ABK.

Keempat, masyarakat. Peranan masyarakat sangat besar bagi kehidupan ABK karena pada akhirnya merekalah yang setiap saat bersinggungan dengan ABK. Bermacam model masyarakat dapat ditemui. Ada yang menaruh simpati, ada yang bersikap biasa saja, ada juga yang tidak mau tahu, bahkan juga ada yang menghindar.

Sekarang yang kita bicarakan adalah yang


punya rasa simpati pada ABK. Saya kadang merasa sedih jika ada masyarakat yang ingin menolong tapi tidak tahu caranya. Lantas jika orang tidak tahu pasti akan mencari tahu bukan?mLalu ke mana akan mencari tahu dan kepada siapa? Apakah sudah ada sistem yang baik untuk mengatur dan berperan kuat dalam hal ini? Atau hanya sekilas info?

Dan kelima, pemerintah. Jawaban demi jawaban yang menyejukkan di telinga memang enak didengar, tapi kita mungkin sepakat, bahwa “usaha penyejukan” ini jangan hanya
berhenti sampai di telinga kita saja. Lanjutkanlah sampai ke hati dan pikiran bagi yang membutuhkannya. Dengan tidak mengurangi rasa hormat atas semua usaha yang telah dilakukan pemerintah, kami berharap pemerintah sebagai pengelola negara dan mendapat amanah luar biasa dari rakyat untuk bisa bekerja lebih keras dan hebat dari sekarang ini.

Apa pun kebijakan yang dibuat jangan berhenti sampai di atas kertas saja. Saat ini, undang-undang yang ada sudah sangat mengakomodir kepentingan ABK. Lalu mengapa pada kenyataannya tidak seindah yang tertulis di kertas? mengapa pula terjadi tumpang tindih pengaturan antara Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan Departemen Sosial? Padahal ABK membutuhkan kerja keras dan sinergitas ketiga instansi ini demi kesejahteraan ABK Indonesia.

maka kata kuncinya terletak pada kekompakkan ketiga instansi itu untuk duduk bersama dan bekerja keras. Contohnya, dalam hal perijinan sekolah atau klinik, pengawasan penanganan yang dilakukan para profesional, perencanaan masa depan yang jelas bagi ABK, pemberian pelayanan terpadu yang tepat bagi ABK tidak mampu, membuat standarisasi yang jelas bagi semua pihak terkait yang menangani ABK, dan masih banyak hal lainnya yang sepertinya perlu pembicaraan serius dan pelaksanaan yang nyata dan baik. Jadi, pemerintah pasti bisa!

Berhubung dengan Hari Kebangkitan nasional yang ke100,
dengan yelyelnya ”Indonesia Bisa” maka tunjukan dan buktikan jika kita semua “bisa apa?” untuk ABK kita yang tercinta. Selamat Hari Kebangkitan nasional. Indonesia bisa, ABK juga bisa!.


0 komentar: