01.30 |
Diposting oleh
afternoon child
Pentingnya Pujian
bagi Anak Berkesulitan Belajar
Teks: Nanan Isman salman
Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar tak bisa dianggap sepele. Pola penanganan yang tidak tepat bisa berdampak buruk bagi perkembangan anak. Secara umum, anak berkesulitan belajar membutuhkan pola lain agar bisa berkembang, yaitu melalui pendidikan yang berdasar hati, selalu sabar dan tak henti untuk terus kreatif. Pembelajaran dengan cara yang berbeda seperti inilah yang nantinya bisa membuat anak berkesulitan belajar mampu mengeksplorasi bakat dalam dirinya.
Seperti diketahui, anak berkesulitan belajar mengalami satu atau beberapa hambatan, seperti kesulitan membaca (disleksia), kesulitan menulis (disgrafia), kesulitan menghitung (diskalkulia), rentang konsentrasi yang terbatas (ADD, attention defisit disorder) dan hiperaktif (ADHD, attention defisit hyperactivity disorder) dengan tingkat kecerdasan normal atau di bawah normal.
Hambatan ini tentu saja harus segera ditangani secara
menyeluruh dan berkesinambungan. Sebab, tidak saja mempengaruhi prestasi akademik di sekolah, namun bisa dipastikan akan mengganggu proses penyesuaian mereka secara sosial. Dan, sangat mungkin akan menjadi lebih kompleks tatkala mereka menginjak jenjang pendidikan di sekolah lanjutan.
Pengetahuan orangtua, sebagai orang paling dekat, akan sangat mendukung upaya mendeteksi hambatan anak sedini mungkin. Karena itu, orangtua sebaiknya melakukan penanganan dan pendampingan secara konsisten hingga jenjang sekolah lanjutan bahkan mungkin ke jenjang yang lebih tinggi. Karena, pada dasarnya anak-anak tersebut membutuhkan bimbingan dan pendampingan dari orangtua untuk menyesuaikan dan mengembangkan diri dengan tepat secara sosial dan akademik.
Begitu pentingnya pola penanganan anak berkesulitan belajar melalui pembelajaran, baik di sekolah maupun di rumah, membuat Yayasan Pantara menggelar seminar dan workshop bagaimana mendidik dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak berkesulitan belajar. Sejauh ini Pantara berada di garda depan dalam mempersiapkan generasi bangsa melalui sekolah dasar khusus yang dikelolanya.
Seminar yang dilangsungkan di Gedung Rajawali Nusantara Indonesia, Jalan Denpasar, Mega Kuningan, Jakarta tersebut membahas banyak hal terkait penanganan anak berkesulitan belajar agar memperoleh masa depan yang cerah. Beberapa pembicara yang sangat berpengalaman membeberkan beberapa persoalan anak berkesulitan belajar dan memberikan solusi penanganannya.
Salah seorang pembicara, Dr. Lucia RM Royanto, Msi, MspEd, Psi, menjabarkan beberapa strategi yang perlu diajarkan kepada anak berkesulitan belajar dalam menyongsong bangku sekolah lanjutan. Yaitu menguji anak (pretes) dan mintakan komitmen, mengajarkan strategi belajar yang sesuai bagi anak agar meniru strategi dan mempraktekkan strategi secara verbal, lalu anak mempraktekkan dan memperoleh umpan balik sehingga mampu menggunakan strategi belajarnya.
Selain itu, orangtua juga perlu mengenali anak, mengenali dirinya sendiri dan mendidik dirinya sendiri. Yang tak kalah penting, orangtua harus belajar berempati,dengan mulai belajar mendengarkan dan melakukan penyesuaianpenyesuaian. Orangtua juga perlu membina kerjasama dengan sekolah, mengetahui perasaan anak melalui komunikasi, memperbincangkan berbagai kemungkinan/ alternatif, mengarahkan pada tujuan akhir dan menghindari kecenderungan membandingbandingkan.
Dari sini, orangtua dapat memetakan kekuatan dan kelemahan anaknya dengan memahami sisi kekuatan, kemampuan, kegiatan yang disukai, keterampilan interpersonal serta memotivasinya. Dari peta yang telah dibuat, orangtua membuat langkah-langah perbaikan. Misalnya, jika anak sulit membuat rencana, ajarkan untuk membuat rencana jangka panjang. Jika anak kurang mampu membuat prioritas, ajarkan mencatat tugas-tugas dan kegiatan-kegiatan yang ada. Jika anak sulit sewaktu ulangan, berikan waktu ekstra untuk latihan.
Orangtua dapat pula menggunakan beberapa langkah praktis lain, seperti memeriksa agenda (tetapi jangan terus menerus), mengatur waktu belajar, mengajar anak untuk terbiasa dengan goal dan arahan dengan membuat catatan kecil. Lalu memantau tugas-tugas sekolah, mengikutkannya dalam les privat, membatasi nonton televisi, memberinya kegiatan waktu luang yang menyenangkan, serta jangan lupa memberikan pujian.
posting by
uns solo
abdeeslank@rocketmail.com
bagi Anak Berkesulitan Belajar
Teks: Nanan Isman salman
Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar tak bisa dianggap sepele. Pola penanganan yang tidak tepat bisa berdampak buruk bagi perkembangan anak. Secara umum, anak berkesulitan belajar membutuhkan pola lain agar bisa berkembang, yaitu melalui pendidikan yang berdasar hati, selalu sabar dan tak henti untuk terus kreatif. Pembelajaran dengan cara yang berbeda seperti inilah yang nantinya bisa membuat anak berkesulitan belajar mampu mengeksplorasi bakat dalam dirinya.
Seperti diketahui, anak berkesulitan belajar mengalami satu atau beberapa hambatan, seperti kesulitan membaca (disleksia), kesulitan menulis (disgrafia), kesulitan menghitung (diskalkulia), rentang konsentrasi yang terbatas (ADD, attention defisit disorder) dan hiperaktif (ADHD, attention defisit hyperactivity disorder) dengan tingkat kecerdasan normal atau di bawah normal.
Hambatan ini tentu saja harus segera ditangani secara
menyeluruh dan berkesinambungan. Sebab, tidak saja mempengaruhi prestasi akademik di sekolah, namun bisa dipastikan akan mengganggu proses penyesuaian mereka secara sosial. Dan, sangat mungkin akan menjadi lebih kompleks tatkala mereka menginjak jenjang pendidikan di sekolah lanjutan.
Pengetahuan orangtua, sebagai orang paling dekat, akan sangat mendukung upaya mendeteksi hambatan anak sedini mungkin. Karena itu, orangtua sebaiknya melakukan penanganan dan pendampingan secara konsisten hingga jenjang sekolah lanjutan bahkan mungkin ke jenjang yang lebih tinggi. Karena, pada dasarnya anak-anak tersebut membutuhkan bimbingan dan pendampingan dari orangtua untuk menyesuaikan dan mengembangkan diri dengan tepat secara sosial dan akademik.
Begitu pentingnya pola penanganan anak berkesulitan belajar melalui pembelajaran, baik di sekolah maupun di rumah, membuat Yayasan Pantara menggelar seminar dan workshop bagaimana mendidik dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak berkesulitan belajar. Sejauh ini Pantara berada di garda depan dalam mempersiapkan generasi bangsa melalui sekolah dasar khusus yang dikelolanya.
Seminar yang dilangsungkan di Gedung Rajawali Nusantara Indonesia, Jalan Denpasar, Mega Kuningan, Jakarta tersebut membahas banyak hal terkait penanganan anak berkesulitan belajar agar memperoleh masa depan yang cerah. Beberapa pembicara yang sangat berpengalaman membeberkan beberapa persoalan anak berkesulitan belajar dan memberikan solusi penanganannya.
Salah seorang pembicara, Dr. Lucia RM Royanto, Msi, MspEd, Psi, menjabarkan beberapa strategi yang perlu diajarkan kepada anak berkesulitan belajar dalam menyongsong bangku sekolah lanjutan. Yaitu menguji anak (pretes) dan mintakan komitmen, mengajarkan strategi belajar yang sesuai bagi anak agar meniru strategi dan mempraktekkan strategi secara verbal, lalu anak mempraktekkan dan memperoleh umpan balik sehingga mampu menggunakan strategi belajarnya.
Selain itu, orangtua juga perlu mengenali anak, mengenali dirinya sendiri dan mendidik dirinya sendiri. Yang tak kalah penting, orangtua harus belajar berempati,dengan mulai belajar mendengarkan dan melakukan penyesuaianpenyesuaian. Orangtua juga perlu membina kerjasama dengan sekolah, mengetahui perasaan anak melalui komunikasi, memperbincangkan berbagai kemungkinan/ alternatif, mengarahkan pada tujuan akhir dan menghindari kecenderungan membandingbandingkan.
Dari sini, orangtua dapat memetakan kekuatan dan kelemahan anaknya dengan memahami sisi kekuatan, kemampuan, kegiatan yang disukai, keterampilan interpersonal serta memotivasinya. Dari peta yang telah dibuat, orangtua membuat langkah-langah perbaikan. Misalnya, jika anak sulit membuat rencana, ajarkan untuk membuat rencana jangka panjang. Jika anak kurang mampu membuat prioritas, ajarkan mencatat tugas-tugas dan kegiatan-kegiatan yang ada. Jika anak sulit sewaktu ulangan, berikan waktu ekstra untuk latihan.
Orangtua dapat pula menggunakan beberapa langkah praktis lain, seperti memeriksa agenda (tetapi jangan terus menerus), mengatur waktu belajar, mengajar anak untuk terbiasa dengan goal dan arahan dengan membuat catatan kecil. Lalu memantau tugas-tugas sekolah, mengikutkannya dalam les privat, membatasi nonton televisi, memberinya kegiatan waktu luang yang menyenangkan, serta jangan lupa memberikan pujian.
posting by
uns solo
abdeeslank@rocketmail.com
saatnya semua anak mampu berprestasi
01.25 |
Diposting oleh
afternoon child
Kebangkitan Indonesia
"Bangkitlah ABK"
Teks: Rovanita Rama Bagawan
Pembicarakan ABK, seperti juga membicarakan hidup. Tidak pernah mengenal kata akhir, dan usaha terus diperjuangkan tanpa mengenal lelah. Semua pihak turut berusaha, baik itu orangtua, anak itu sendiri, kaum profesional, masyarakat dan juga pemerintah. Tetapi, tergelitik juga pertanyaan. usaha seperti apakah yang sudah ditempuh selama ini?
Jawaban dari pertanyaan itu, tentu akan berbeda tergantung dari sisi mana pihak yang menjawabnya berada. Jika yang ditanya orangtua, maka jawabannya hampir dipastikan sama. Yaitu, “apa pun akan dilakukan asalkan anak saya sembuh”. Jika yang ditanya ABK itu sendiri, ada yang bisa menjawab dan ada yang tidak menjawab sama sekali.
Sementara jika yang ditanya kaum profesional, mereka akan menjawab, ”kami akan terus
berusaha semampu kami berdasarkan sepengetahuan yang kami miliki demi membantu ABK”. Lalu, jika yang ditanya masyarakat, mereka akan menjawab, ”sebenarnya kami ingin sekali membantu, tapi bagaimana caranya?”. Dan bila yang ditanya pemerintah, maka akan meluncur jawaban, ”sebenarnya program-program kerja untuk membantu ABK sudah kami susun dalam jumlah banyak, tapi banyak sekali kendalanya di lapangan”.
Inti dari semua jawaban itu sebenarnya adalah bahwa setiap orang yang terlibat dalam dunia ABK mempunyai niat yang sama. Sayangnya, niat itu belum menjadi kenyataan. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya ABK yang tidak ditangani sesuai dengan keterbatasan yang dimilikinya, masih banyaknya ABK yang mendapat perlakuan tidak semestinya, masih banyaknya ABK yang tidak berada pada tempatnya dan masih banyak kisah-kisah menyedihkan lain yang dialami ABK. Sekalipun kita tidak menutup mata bahwa ada beberapa gelintir ABK yang beruntung yang masih bisa mendapatkan hak-haknya dengan baik dan bahkan berprestasi.
Dari semua jawaban di atas, kita akan coba membahasnya. Pertama, apa yang dikatakan orangtua ABK. Sebagai orangtua spesial yang dikarunia anak yang spesial pula, banyak hal yang terjadi pada hidup si orangtua. mulai dari bersyukur, menolak, bersedih, berupaya, marah, gembira dan perasaan-perasaan yang lainnya. namun, orangtua adalah tetap orangtua, yang tidak pernah akan tergantikan tugas dan tanggung jawabnya kepada anaknya.
Kedua, ABK. Alangkah beragamnya jawaban yang akan kita terima jika kita bertanya kepada mereka langsung. Jawaban yang bisa membuat airmata menetes, bibir mengembang dan bahkan bisa membuat perubahan dalam hidup orang yang bertanya. Ketiga, bagaimana pula pernyataan yang dibuat oleh kaum profesional bila dilihat dari latar belakang mengapa seseorang menekuni dunia ABK secara profesional. Maka akan beragam pula jawabannya. Ada yang disebabkan pengalaman pribadi karena mempunyai keluarga yang spesial, ada yang murni karena ketertarikan pada dunia ini, ada pula yang memang kebetulan saja, lalu nasib membawanya ke dunia ABK, dan lainlainnya. Tentu saja, kita sangat mengharapkan hasil jerih payah profesional ini akan mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik pada ABK.
Keempat, masyarakat. Peranan masyarakat sangat besar bagi kehidupan ABK karena pada akhirnya merekalah yang setiap saat bersinggungan dengan ABK. Bermacam model masyarakat dapat ditemui. Ada yang menaruh simpati, ada yang bersikap biasa saja, ada juga yang tidak mau tahu, bahkan juga ada yang menghindar.
Sekarang yang kita bicarakan adalah yang
punya rasa simpati pada ABK. Saya kadang merasa sedih jika ada masyarakat yang ingin menolong tapi tidak tahu caranya. Lantas jika orang tidak tahu pasti akan mencari tahu bukan?mLalu ke mana akan mencari tahu dan kepada siapa? Apakah sudah ada sistem yang baik untuk mengatur dan berperan kuat dalam hal ini? Atau hanya sekilas info?
Dan kelima, pemerintah. Jawaban demi jawaban yang menyejukkan di telinga memang enak didengar, tapi kita mungkin sepakat, bahwa “usaha penyejukan” ini jangan hanya
berhenti sampai di telinga kita saja. Lanjutkanlah sampai ke hati dan pikiran bagi yang membutuhkannya. Dengan tidak mengurangi rasa hormat atas semua usaha yang telah dilakukan pemerintah, kami berharap pemerintah sebagai pengelola negara dan mendapat amanah luar biasa dari rakyat untuk bisa bekerja lebih keras dan hebat dari sekarang ini.
Apa pun kebijakan yang dibuat jangan berhenti sampai di atas kertas saja. Saat ini, undang-undang yang ada sudah sangat mengakomodir kepentingan ABK. Lalu mengapa pada kenyataannya tidak seindah yang tertulis di kertas? mengapa pula terjadi tumpang tindih pengaturan antara Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan Departemen Sosial? Padahal ABK membutuhkan kerja keras dan sinergitas ketiga instansi ini demi kesejahteraan ABK Indonesia.
maka kata kuncinya terletak pada kekompakkan ketiga instansi itu untuk duduk bersama dan bekerja keras. Contohnya, dalam hal perijinan sekolah atau klinik, pengawasan penanganan yang dilakukan para profesional, perencanaan masa depan yang jelas bagi ABK, pemberian pelayanan terpadu yang tepat bagi ABK tidak mampu, membuat standarisasi yang jelas bagi semua pihak terkait yang menangani ABK, dan masih banyak hal lainnya yang sepertinya perlu pembicaraan serius dan pelaksanaan yang nyata dan baik. Jadi, pemerintah pasti bisa!
Berhubung dengan Hari Kebangkitan nasional yang ke100,
dengan yelyelnya ”Indonesia Bisa” maka tunjukan dan buktikan jika kita semua “bisa apa?” untuk ABK kita yang tercinta. Selamat Hari Kebangkitan nasional. Indonesia bisa, ABK juga bisa!.
"Bangkitlah ABK"
Teks: Rovanita Rama Bagawan
Pembicarakan ABK, seperti juga membicarakan hidup. Tidak pernah mengenal kata akhir, dan usaha terus diperjuangkan tanpa mengenal lelah. Semua pihak turut berusaha, baik itu orangtua, anak itu sendiri, kaum profesional, masyarakat dan juga pemerintah. Tetapi, tergelitik juga pertanyaan. usaha seperti apakah yang sudah ditempuh selama ini?
Jawaban dari pertanyaan itu, tentu akan berbeda tergantung dari sisi mana pihak yang menjawabnya berada. Jika yang ditanya orangtua, maka jawabannya hampir dipastikan sama. Yaitu, “apa pun akan dilakukan asalkan anak saya sembuh”. Jika yang ditanya ABK itu sendiri, ada yang bisa menjawab dan ada yang tidak menjawab sama sekali.
Sementara jika yang ditanya kaum profesional, mereka akan menjawab, ”kami akan terus
berusaha semampu kami berdasarkan sepengetahuan yang kami miliki demi membantu ABK”. Lalu, jika yang ditanya masyarakat, mereka akan menjawab, ”sebenarnya kami ingin sekali membantu, tapi bagaimana caranya?”. Dan bila yang ditanya pemerintah, maka akan meluncur jawaban, ”sebenarnya program-program kerja untuk membantu ABK sudah kami susun dalam jumlah banyak, tapi banyak sekali kendalanya di lapangan”.
Inti dari semua jawaban itu sebenarnya adalah bahwa setiap orang yang terlibat dalam dunia ABK mempunyai niat yang sama. Sayangnya, niat itu belum menjadi kenyataan. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya ABK yang tidak ditangani sesuai dengan keterbatasan yang dimilikinya, masih banyaknya ABK yang mendapat perlakuan tidak semestinya, masih banyaknya ABK yang tidak berada pada tempatnya dan masih banyak kisah-kisah menyedihkan lain yang dialami ABK. Sekalipun kita tidak menutup mata bahwa ada beberapa gelintir ABK yang beruntung yang masih bisa mendapatkan hak-haknya dengan baik dan bahkan berprestasi.
Dari semua jawaban di atas, kita akan coba membahasnya. Pertama, apa yang dikatakan orangtua ABK. Sebagai orangtua spesial yang dikarunia anak yang spesial pula, banyak hal yang terjadi pada hidup si orangtua. mulai dari bersyukur, menolak, bersedih, berupaya, marah, gembira dan perasaan-perasaan yang lainnya. namun, orangtua adalah tetap orangtua, yang tidak pernah akan tergantikan tugas dan tanggung jawabnya kepada anaknya.
Kedua, ABK. Alangkah beragamnya jawaban yang akan kita terima jika kita bertanya kepada mereka langsung. Jawaban yang bisa membuat airmata menetes, bibir mengembang dan bahkan bisa membuat perubahan dalam hidup orang yang bertanya. Ketiga, bagaimana pula pernyataan yang dibuat oleh kaum profesional bila dilihat dari latar belakang mengapa seseorang menekuni dunia ABK secara profesional. Maka akan beragam pula jawabannya. Ada yang disebabkan pengalaman pribadi karena mempunyai keluarga yang spesial, ada yang murni karena ketertarikan pada dunia ini, ada pula yang memang kebetulan saja, lalu nasib membawanya ke dunia ABK, dan lainlainnya. Tentu saja, kita sangat mengharapkan hasil jerih payah profesional ini akan mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik pada ABK.
Keempat, masyarakat. Peranan masyarakat sangat besar bagi kehidupan ABK karena pada akhirnya merekalah yang setiap saat bersinggungan dengan ABK. Bermacam model masyarakat dapat ditemui. Ada yang menaruh simpati, ada yang bersikap biasa saja, ada juga yang tidak mau tahu, bahkan juga ada yang menghindar.
Sekarang yang kita bicarakan adalah yang
punya rasa simpati pada ABK. Saya kadang merasa sedih jika ada masyarakat yang ingin menolong tapi tidak tahu caranya. Lantas jika orang tidak tahu pasti akan mencari tahu bukan?mLalu ke mana akan mencari tahu dan kepada siapa? Apakah sudah ada sistem yang baik untuk mengatur dan berperan kuat dalam hal ini? Atau hanya sekilas info?
Dan kelima, pemerintah. Jawaban demi jawaban yang menyejukkan di telinga memang enak didengar, tapi kita mungkin sepakat, bahwa “usaha penyejukan” ini jangan hanya
berhenti sampai di telinga kita saja. Lanjutkanlah sampai ke hati dan pikiran bagi yang membutuhkannya. Dengan tidak mengurangi rasa hormat atas semua usaha yang telah dilakukan pemerintah, kami berharap pemerintah sebagai pengelola negara dan mendapat amanah luar biasa dari rakyat untuk bisa bekerja lebih keras dan hebat dari sekarang ini.
Apa pun kebijakan yang dibuat jangan berhenti sampai di atas kertas saja. Saat ini, undang-undang yang ada sudah sangat mengakomodir kepentingan ABK. Lalu mengapa pada kenyataannya tidak seindah yang tertulis di kertas? mengapa pula terjadi tumpang tindih pengaturan antara Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan Departemen Sosial? Padahal ABK membutuhkan kerja keras dan sinergitas ketiga instansi ini demi kesejahteraan ABK Indonesia.
maka kata kuncinya terletak pada kekompakkan ketiga instansi itu untuk duduk bersama dan bekerja keras. Contohnya, dalam hal perijinan sekolah atau klinik, pengawasan penanganan yang dilakukan para profesional, perencanaan masa depan yang jelas bagi ABK, pemberian pelayanan terpadu yang tepat bagi ABK tidak mampu, membuat standarisasi yang jelas bagi semua pihak terkait yang menangani ABK, dan masih banyak hal lainnya yang sepertinya perlu pembicaraan serius dan pelaksanaan yang nyata dan baik. Jadi, pemerintah pasti bisa!
Berhubung dengan Hari Kebangkitan nasional yang ke100,
dengan yelyelnya ”Indonesia Bisa” maka tunjukan dan buktikan jika kita semua “bisa apa?” untuk ABK kita yang tercinta. Selamat Hari Kebangkitan nasional. Indonesia bisa, ABK juga bisa!.
cara belajar untuk anak
01.17 |
Diposting oleh
afternoon child
TIPS: Bagaimana Membuat Anak Suka Belajar
admin April 1st, 2008
Beberapa tips di bawah ini SANGAT MENENTUKAN dan EFEKTIF diterapkan supaya anak SUKA BELAJAR:
1. SUASANA YANG MENYENANGKAN adalah SYARAT MUTLAK yang diperlukan supaya anak suka belajar. Menurut hasil penelitian tentang cara kerja otak, bagian pengendali memori di dalam otak akan sangat mudah menerima dan merekam informasi yang masuk jika berada dalam suasana yang menyenangkan.
2. Membuat ANAK SENANG BELAJAR adalah JAUH LEBIH PENTING daripada menuntut anak mau belajar supaya menjadi juara atau mencapai prestasi tertentu. Anak yang punya prestasi tapi diperoleh dengan terpaksa tidak akan bertahan lama. Anak yang bisa merasakan bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan akan mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dan sangat mempengaruhi kesuksesan belajarnya di masa yang akan datang.
3. Kenali TIPE DOMINAN CARA BELAJAR ANAK, apakah tipe AUDITORY (anak mudah
menerima pelajaran dengan cara mendengarkan), VISUAL (melihat) ataukah KINESTHETIC (fisik). Meminta anak secara terus menerus belajar dengan cara yang tidak sesuai dengan tipe cara belajar anak nantinya akan membuat anak tidak mampu secara maksimal menyerap isi pelajaran, sehingga anak tidak berkembang dengan maksimal.
4. Belajar dengan JEDA WAKTU ISTIRAHAT setiap 20 menit akan JAUH LEBIH EFEKTIF daripada belajar langsung 1 jam tanpa istirahat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak mampu melakukan konsentrasi penuh paling lama 20 menit. Lebih dari itu anak akan mulai menurun daya konsentrasinya. Jeda waktu istirahat 1-2 menit akan mengembalikan daya konsentrasi anak kembali seperti semula.
5. Anak pada dasarnya mempunyai naluri ingin mempelajari segala hal yang ada di sekitarnya. Anak akan menjadi SANGAT ANTUSIAS dan SEMANGAT untuk belajar jika isi/materi yang dipelajari anak SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK. Anak akan menjadi mudah bosan jika yang dipelajari terlalu mudah baginya, dan sebaliknya anak akan menjadi stress dan patah semangat jika yang dipelajari terlalu sulit.
admin April 1st, 2008
Beberapa tips di bawah ini SANGAT MENENTUKAN dan EFEKTIF diterapkan supaya anak SUKA BELAJAR:
1. SUASANA YANG MENYENANGKAN adalah SYARAT MUTLAK yang diperlukan supaya anak suka belajar. Menurut hasil penelitian tentang cara kerja otak, bagian pengendali memori di dalam otak akan sangat mudah menerima dan merekam informasi yang masuk jika berada dalam suasana yang menyenangkan.
2. Membuat ANAK SENANG BELAJAR adalah JAUH LEBIH PENTING daripada menuntut anak mau belajar supaya menjadi juara atau mencapai prestasi tertentu. Anak yang punya prestasi tapi diperoleh dengan terpaksa tidak akan bertahan lama. Anak yang bisa merasakan bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan akan mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dan sangat mempengaruhi kesuksesan belajarnya di masa yang akan datang.
3. Kenali TIPE DOMINAN CARA BELAJAR ANAK, apakah tipe AUDITORY (anak mudah
menerima pelajaran dengan cara mendengarkan), VISUAL (melihat) ataukah KINESTHETIC (fisik). Meminta anak secara terus menerus belajar dengan cara yang tidak sesuai dengan tipe cara belajar anak nantinya akan membuat anak tidak mampu secara maksimal menyerap isi pelajaran, sehingga anak tidak berkembang dengan maksimal.
4. Belajar dengan JEDA WAKTU ISTIRAHAT setiap 20 menit akan JAUH LEBIH EFEKTIF daripada belajar langsung 1 jam tanpa istirahat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak mampu melakukan konsentrasi penuh paling lama 20 menit. Lebih dari itu anak akan mulai menurun daya konsentrasinya. Jeda waktu istirahat 1-2 menit akan mengembalikan daya konsentrasi anak kembali seperti semula.
5. Anak pada dasarnya mempunyai naluri ingin mempelajari segala hal yang ada di sekitarnya. Anak akan menjadi SANGAT ANTUSIAS dan SEMANGAT untuk belajar jika isi/materi yang dipelajari anak SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK. Anak akan menjadi mudah bosan jika yang dipelajari terlalu mudah baginya, dan sebaliknya anak akan menjadi stress dan patah semangat jika yang dipelajari terlalu sulit.
perhatikan anak kita
01.14 |
Diposting oleh
afternoon child
Kebangkitan Indonesia
"Bangkitlah ABK"
Teks: Rovanita Rama Bagawan
Pembicarakan ABK, seperti juga membicarakan hidup. Tidak pernah mengenal kata akhir, dan usaha terus diperjuangkan tanpa mengenal lelah. Semua pihak turut berusaha, baik itu orangtua, anak itu sendiri, kaum profesional, masyarakat dan juga pemerintah. Tetapi, tergelitik juga pertanyaan. usaha seperti apakah yang sudah ditempuh selama ini?
Jawaban dari pertanyaan itu, tentu
akan berbeda tergantung dari sisi mana pihak yang menjawabnya berada. Jika yang ditanya orangtua, maka jawabannya hampir dipastikan sama. Yaitu, “apa pun akan dilakukan asalkan anak saya sembuh”. Jika yang ditanya ABK itu sendiri, ada yang bisa menjawab dan ada yang tidak menjawab sama sekali.
Sementara jika yang ditanya kaum profesional, mereka akan menjawab, ”kami akan terus
berusaha semampu kami berdasarkan sepengetahuan yang kami miliki demi membantu ABK”. Lalu, jika yang ditanya masyarakat, mereka akan menjawab, ”sebenarnya kami ingin sekali membantu, tapi bagaimana caranya?”. Dan bila yang ditanya pemerintah, maka akan meluncur jawaban, ”sebenarnya program-program kerja untuk membantu ABK sudah kami susun dalam jumlah banyak, tapi banyak sekali kendalanya di lapangan”.
Inti dari semua jawaban itu sebenarnya adalah bahwa setiap orang yang terlibat dalam dunia ABK mempunyai niat yang sama. Sayangnya, niat itu belum menjadi kenyataan. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya ABK yang tidak ditangani sesuai dengan keterbatasan yang dimilikinya, masih banyaknya ABK yang mendapat perlakuan tidak semestinya, masih banyaknya ABK yang tidak berada pada tempatnya dan masih banyak kisah-kisah menyedihkan lain yang dialami ABK. Sekalipun kita tidak menutup mata bahwa ada beberapa gelintir ABK yang beruntung yang masih bisa mendapatkan hak-haknya dengan baik dan bahkan berprestasi.
Dari semua jawaban di atas, kita akan coba membahasnya. Pertama, apa yang dikatakan orangtua ABK. Sebagai orangtua spesial yang dikarunia anak yang spesial pula, banyak hal yang terjadi pada hidup si orangtua. mulai dari bersyukur, menolak, bersedih, berupaya, marah, gembira dan perasaan-perasaan yang lainnya. namun, orangtua adalah tetap orangtua, yang tidak pernah akan tergantikan tugas dan tanggung jawabnya kepada anaknya.
Kedua, ABK. Alangkah beragamnya jawaban yang akan kita terima jika kita bertanya kepada mereka langsung. Jawaban yang bisa membuat airmata menetes, bibir mengembang dan bahkan bisa membuat perubahan dalam hidup orang yang bertanya. Ketiga, bagaimana pula pernyataan yang dibuat oleh kaum profesional bila dilihat dari latar belakang mengapa seseorang menekuni dunia ABK secara profesional. Maka akan beragam pula jawabannya. Ada yang disebabkan pengalaman pribadi karena mempunyai keluarga yang spesial, ada yang murni karena ketertarikan pada dunia ini, ada pula yang memang kebetulan saja, lalu nasib membawanya ke dunia ABK, dan lainlainnya. Tentu saja, kita sangat mengharapkan hasil jerih payah profesional ini akan mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik pada ABK.
Keempat, masyarakat. Peranan masyarakat sangat besar bagi kehidupan ABK karena pada akhirnya merekalah yang setiap saat bersinggungan dengan ABK. Bermacam model masyarakat dapat ditemui. Ada yang menaruh simpati, ada yang bersikap biasa saja, ada juga yang tidak mau tahu, bahkan juga ada yang menghindar.
Sekarang yang kita bicarakan adalah yang
punya rasa simpati pada ABK. Saya kadang merasa sedih jika ada masyarakat yang ingin menolong tapi tidak tahu caranya. Lantas jika orang tidak tahu pasti akan mencari tahu bukan?mLalu ke mana akan mencari tahu dan kepada siapa? Apakah sudah ada sistem yang baik untuk mengatur dan berperan kuat dalam hal ini? Atau hanya sekilas info?
Dan kelima, pemerintah. Jawaban demi jawaban yang menyejukkan di telinga memang enak didengar, tapi kita mungkin sepakat, bahwa “usaha penyejukan” ini jangan hanya
berhenti sampai di telinga kita saja. Lanjutkanlah sampai ke hati dan pikiran bagi yang membutuhkannya. Dengan tidak mengurangi rasa hormat atas semua usaha yang telah dilakukan pemerintah, kami berharap pemerintah sebagai pengelola negara dan mendapat amanah luar biasa dari rakyat untuk bisa bekerja lebih keras dan hebat dari sekarang ini.
Apa pun kebijakan yang dibuat jangan berhenti sampai di atas kertas saja. Saat ini, undang-undang yang ada sudah sangat mengakomodir kepentingan ABK. Lalu mengapa pada kenyataannya tidak seindah yang tertulis di kertas? mengapa pula terjadi tumpang tindih pengaturan antara Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan Departemen Sosial? Padahal ABK membutuhkan kerja keras dan sinergitas ketiga instansi ini demi kesejahteraan ABK Indonesia.
maka kata kuncinya terletak pada kekompakkan ketiga instansi itu untuk duduk bersama dan bekerja keras. Contohnya, dalam hal perijinan sekolah atau klinik, pengawasan penanganan yang dilakukan para profesional, perencanaan masa depan yang jelas bagi ABK, pemberian pelayanan terpadu yang tepat bagi ABK tidak mampu, membuat standarisasi yang jelas bagi semua pihak terkait yang menangani ABK, dan masih banyak hal lainnya yang sepertinya perlu pembicaraan serius dan pelaksanaan yang nyata dan baik. Jadi, pemerintah pasti bisa!
Berhubung dengan Hari Kebangkitan nasional yang ke100,
dengan yelyelnya ”Indonesia Bisa” maka tunjukan dan buktikan jika kita semua “bisa apa?” untuk ABK kita yang tercinta. Selamat Hari Kebangkitan nasional. Indonesia bisa, ABK juga bisa!.
"Bangkitlah ABK"
Teks: Rovanita Rama Bagawan
Pembicarakan ABK, seperti juga membicarakan hidup. Tidak pernah mengenal kata akhir, dan usaha terus diperjuangkan tanpa mengenal lelah. Semua pihak turut berusaha, baik itu orangtua, anak itu sendiri, kaum profesional, masyarakat dan juga pemerintah. Tetapi, tergelitik juga pertanyaan. usaha seperti apakah yang sudah ditempuh selama ini?
Jawaban dari pertanyaan itu, tentu
akan berbeda tergantung dari sisi mana pihak yang menjawabnya berada. Jika yang ditanya orangtua, maka jawabannya hampir dipastikan sama. Yaitu, “apa pun akan dilakukan asalkan anak saya sembuh”. Jika yang ditanya ABK itu sendiri, ada yang bisa menjawab dan ada yang tidak menjawab sama sekali.
Sementara jika yang ditanya kaum profesional, mereka akan menjawab, ”kami akan terus
berusaha semampu kami berdasarkan sepengetahuan yang kami miliki demi membantu ABK”. Lalu, jika yang ditanya masyarakat, mereka akan menjawab, ”sebenarnya kami ingin sekali membantu, tapi bagaimana caranya?”. Dan bila yang ditanya pemerintah, maka akan meluncur jawaban, ”sebenarnya program-program kerja untuk membantu ABK sudah kami susun dalam jumlah banyak, tapi banyak sekali kendalanya di lapangan”.
Inti dari semua jawaban itu sebenarnya adalah bahwa setiap orang yang terlibat dalam dunia ABK mempunyai niat yang sama. Sayangnya, niat itu belum menjadi kenyataan. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya ABK yang tidak ditangani sesuai dengan keterbatasan yang dimilikinya, masih banyaknya ABK yang mendapat perlakuan tidak semestinya, masih banyaknya ABK yang tidak berada pada tempatnya dan masih banyak kisah-kisah menyedihkan lain yang dialami ABK. Sekalipun kita tidak menutup mata bahwa ada beberapa gelintir ABK yang beruntung yang masih bisa mendapatkan hak-haknya dengan baik dan bahkan berprestasi.
Dari semua jawaban di atas, kita akan coba membahasnya. Pertama, apa yang dikatakan orangtua ABK. Sebagai orangtua spesial yang dikarunia anak yang spesial pula, banyak hal yang terjadi pada hidup si orangtua. mulai dari bersyukur, menolak, bersedih, berupaya, marah, gembira dan perasaan-perasaan yang lainnya. namun, orangtua adalah tetap orangtua, yang tidak pernah akan tergantikan tugas dan tanggung jawabnya kepada anaknya.
Kedua, ABK. Alangkah beragamnya jawaban yang akan kita terima jika kita bertanya kepada mereka langsung. Jawaban yang bisa membuat airmata menetes, bibir mengembang dan bahkan bisa membuat perubahan dalam hidup orang yang bertanya. Ketiga, bagaimana pula pernyataan yang dibuat oleh kaum profesional bila dilihat dari latar belakang mengapa seseorang menekuni dunia ABK secara profesional. Maka akan beragam pula jawabannya. Ada yang disebabkan pengalaman pribadi karena mempunyai keluarga yang spesial, ada yang murni karena ketertarikan pada dunia ini, ada pula yang memang kebetulan saja, lalu nasib membawanya ke dunia ABK, dan lainlainnya. Tentu saja, kita sangat mengharapkan hasil jerih payah profesional ini akan mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik pada ABK.
Keempat, masyarakat. Peranan masyarakat sangat besar bagi kehidupan ABK karena pada akhirnya merekalah yang setiap saat bersinggungan dengan ABK. Bermacam model masyarakat dapat ditemui. Ada yang menaruh simpati, ada yang bersikap biasa saja, ada juga yang tidak mau tahu, bahkan juga ada yang menghindar.
Sekarang yang kita bicarakan adalah yang
punya rasa simpati pada ABK. Saya kadang merasa sedih jika ada masyarakat yang ingin menolong tapi tidak tahu caranya. Lantas jika orang tidak tahu pasti akan mencari tahu bukan?mLalu ke mana akan mencari tahu dan kepada siapa? Apakah sudah ada sistem yang baik untuk mengatur dan berperan kuat dalam hal ini? Atau hanya sekilas info?
Dan kelima, pemerintah. Jawaban demi jawaban yang menyejukkan di telinga memang enak didengar, tapi kita mungkin sepakat, bahwa “usaha penyejukan” ini jangan hanya
berhenti sampai di telinga kita saja. Lanjutkanlah sampai ke hati dan pikiran bagi yang membutuhkannya. Dengan tidak mengurangi rasa hormat atas semua usaha yang telah dilakukan pemerintah, kami berharap pemerintah sebagai pengelola negara dan mendapat amanah luar biasa dari rakyat untuk bisa bekerja lebih keras dan hebat dari sekarang ini.
Apa pun kebijakan yang dibuat jangan berhenti sampai di atas kertas saja. Saat ini, undang-undang yang ada sudah sangat mengakomodir kepentingan ABK. Lalu mengapa pada kenyataannya tidak seindah yang tertulis di kertas? mengapa pula terjadi tumpang tindih pengaturan antara Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan Departemen Sosial? Padahal ABK membutuhkan kerja keras dan sinergitas ketiga instansi ini demi kesejahteraan ABK Indonesia.
maka kata kuncinya terletak pada kekompakkan ketiga instansi itu untuk duduk bersama dan bekerja keras. Contohnya, dalam hal perijinan sekolah atau klinik, pengawasan penanganan yang dilakukan para profesional, perencanaan masa depan yang jelas bagi ABK, pemberian pelayanan terpadu yang tepat bagi ABK tidak mampu, membuat standarisasi yang jelas bagi semua pihak terkait yang menangani ABK, dan masih banyak hal lainnya yang sepertinya perlu pembicaraan serius dan pelaksanaan yang nyata dan baik. Jadi, pemerintah pasti bisa!
Berhubung dengan Hari Kebangkitan nasional yang ke100,
dengan yelyelnya ”Indonesia Bisa” maka tunjukan dan buktikan jika kita semua “bisa apa?” untuk ABK kita yang tercinta. Selamat Hari Kebangkitan nasional. Indonesia bisa, ABK juga bisa!.
PAPUA yang ISLAMI
21.39 |
Diposting oleh
afternoon child
Tak banyak yang tahu, orang Irian telah memeluk Islam sejak ratusan tahun silam. Namun, sejak masuknya Belanda ke Irian (1824), perkembangan Islam menjadi terhambat. Ketika itu, umat Islam mendapat tekanan dari pemerintah Belanda. Akibatnya, tak sedikit Muslim di kampung-kampung kembali murtad.
Imej atau sudut pandang kebanyakan orang dalam memandang masyarakat Irian cenderung salah kaprah. Dikiranya, Islam tak pernah tersentuh, bahkan ada di bumi Irian. Padahal sebelum agama Kristen masuk, Islam sudah lama ada,” kata Bupati Fakfak H Wahidin Puarada, kemarin.
Ia mengatakan hal itu usai menyampaikan rencana menggelar MTQ tingkat provinsi di Kabupaten Fakpak, Papua Barat, seminar sehari bertema ‘Geliat Muslim Irian: Antara Sejarah, Kiprah dan Tantangan Dakwah’, serta Karnaval Mushaf Al-Quran Tertua di Fakfak. Kegiatan yang berlangsung pada 11-24 April 2008 ini hasil kerja sama Al Fatih Kaffah Nusantara (AFKN) dengan Pemda Kabupaten Fakfak.
Wahidin Puarada menambahkan, sejumlah kegiatan yang diadakan itu, untuk membuka mata dunia bahwa Irian tak identik dengan nonMuslim.
“Kita juga ingin masyarakat Irian mengetahui sejarah masuknya Islam ke sini. Dengan begitu, mereka juga tidak salah dalam menilai Islam,” paparnya.
Menurutnya, geliat Muslim Irian beberapa tahun terakhir ini begitu menggebu. Terlihat ketika kegiatan serupa diadakan tahun lalu. Banyak yang amat antusias mempelajari Islam. Atau berbisnis yang halal. Ada juga yang rajin mencari sejarah mushaf Al-Quran, meski beragama non Muslim.
“Ini pertanda Islam di Irian tidak identik dengan hal-hal negatif seperti yang digembar-gemborkan musuh Islam,” katanya.
Diungkapkan, Islam masuk ke Irian pada abad ke-13. Keberadaan Islam di Fakfak dimulai pada 1214 dengan pendaratan Syeikh Fuad bin Syaur atau Syekh Puar, saudagar asal Hadramaut, Yaman.
Versi lain, Islam masuk ke wilayah ini diperkenalkan oleh Kerajaan Samudera Pasai, yakni melalui Syeikh Iskandar Syah. Perjalanan dakwah selanjutnya disusul oleh Kesultanan Ternate dan Tidore, setelah Belanda datang ke Irian.
Dari Fakfak, Islam berkembang hingga Kabupaten Raja Ampat, Babo, Bintuni, dan Kaimana. Kerajaan Patuanan Patipi (Ismailah Ibah) adalah kerajaan pertama yang memeluk agama Islam. Disusul kerajaan-kerajaan lainnya.
Pengkaburan Sejarah
Sebelum ini, seorang wartawan Majalah Suara Hidayatullah, Ali Atwa, menulis sebuah buku sejarah masuknya Islam di bumi Papua. Buku berjudul, “Islam Atau Kristen Agama Orang Irian (Papua)” menyebutkan, ada upaya-upaya pengkaburan dan penghapusan sejarah dakwah Islam berlangsung dengan cara sistematis di Papua.
Sebelum ini, banyak diklaim bahwa di propinsi itu milik salah satu agama tertentu. Namun hasil penelusuran jurnalistik Ali Atwa, sesunguhnya Islam di Papua memiliki sejarah tersendiri.
Bila ditinjau dari catatan sejarah, Islam masuk ke Papua terjadi pada awal abad ke XVII, atau dua abad lebih awal dari masuknya agama Kristen Protestan yang masuk pertama kali di daerah Manokwari pada tahun 1855, yang dibawah dua orang missionaris Jerman bernama C.W. Ottow dan G.J. Geissler. [tbt/hid/www.hidayatullah.com]
Imej atau sudut pandang kebanyakan orang dalam memandang masyarakat Irian cenderung salah kaprah. Dikiranya, Islam tak pernah tersentuh, bahkan ada di bumi Irian. Padahal sebelum agama Kristen masuk, Islam sudah lama ada,” kata Bupati Fakfak H Wahidin Puarada, kemarin.
Ia mengatakan hal itu usai menyampaikan rencana menggelar MTQ tingkat provinsi di Kabupaten Fakpak, Papua Barat, seminar sehari bertema ‘Geliat Muslim Irian: Antara Sejarah, Kiprah dan Tantangan Dakwah’, serta Karnaval Mushaf Al-Quran Tertua di Fakfak. Kegiatan yang berlangsung pada 11-24 April 2008 ini hasil kerja sama Al Fatih Kaffah Nusantara (AFKN) dengan Pemda Kabupaten Fakfak.
Wahidin Puarada menambahkan, sejumlah kegiatan yang diadakan itu, untuk membuka mata dunia bahwa Irian tak identik dengan nonMuslim.
“Kita juga ingin masyarakat Irian mengetahui sejarah masuknya Islam ke sini. Dengan begitu, mereka juga tidak salah dalam menilai Islam,” paparnya.
Menurutnya, geliat Muslim Irian beberapa tahun terakhir ini begitu menggebu. Terlihat ketika kegiatan serupa diadakan tahun lalu. Banyak yang amat antusias mempelajari Islam. Atau berbisnis yang halal. Ada juga yang rajin mencari sejarah mushaf Al-Quran, meski beragama non Muslim.
“Ini pertanda Islam di Irian tidak identik dengan hal-hal negatif seperti yang digembar-gemborkan musuh Islam,” katanya.
Diungkapkan, Islam masuk ke Irian pada abad ke-13. Keberadaan Islam di Fakfak dimulai pada 1214 dengan pendaratan Syeikh Fuad bin Syaur atau Syekh Puar, saudagar asal Hadramaut, Yaman.
Versi lain, Islam masuk ke wilayah ini diperkenalkan oleh Kerajaan Samudera Pasai, yakni melalui Syeikh Iskandar Syah. Perjalanan dakwah selanjutnya disusul oleh Kesultanan Ternate dan Tidore, setelah Belanda datang ke Irian.
Dari Fakfak, Islam berkembang hingga Kabupaten Raja Ampat, Babo, Bintuni, dan Kaimana. Kerajaan Patuanan Patipi (Ismailah Ibah) adalah kerajaan pertama yang memeluk agama Islam. Disusul kerajaan-kerajaan lainnya.
Pengkaburan Sejarah
Sebelum ini, seorang wartawan Majalah Suara Hidayatullah, Ali Atwa, menulis sebuah buku sejarah masuknya Islam di bumi Papua. Buku berjudul, “Islam Atau Kristen Agama Orang Irian (Papua)” menyebutkan, ada upaya-upaya pengkaburan dan penghapusan sejarah dakwah Islam berlangsung dengan cara sistematis di Papua.
Sebelum ini, banyak diklaim bahwa di propinsi itu milik salah satu agama tertentu. Namun hasil penelusuran jurnalistik Ali Atwa, sesunguhnya Islam di Papua memiliki sejarah tersendiri.
Bila ditinjau dari catatan sejarah, Islam masuk ke Papua terjadi pada awal abad ke XVII, atau dua abad lebih awal dari masuknya agama Kristen Protestan yang masuk pertama kali di daerah Manokwari pada tahun 1855, yang dibawah dua orang missionaris Jerman bernama C.W. Ottow dan G.J. Geissler. [tbt/hid/www.hidayatullah.com]
Label:
ISLAM KU
|
1 komentar
Langganan:
Postingan (Atom)
Category
- ISLAM KU (1)
- keindahan AGAMAKU (1)
- perJALANan KU (1)